CIEEE CIIIIEEEEEEEEE…
Yang udah bolak balik mampir nunggu postingan baru niiihhh..
Ciyeeeeehhhh!!!
Hahahahaaaaa..
*dikeplak berjamaah*
Akhirnya yah, ada postingan pertama di awal tahun 2016!! Iya, saya gagal mempertahankan konsistensisasi *halah* karena bulan kemarin tidak ada satu postingan pun yang terpublish. Hehehe.. Ya mangap, sibuk kakaaakk..
Kesadaran ini disponsori oleh banyaknya notifikasi di email saya yang masuk setiap hari tentang pemberitahuan postingan baru dari sesama rekan-rekan travel blogger. Malu vrooohh, maluuuu.. Hidup di usia produktif tapi gak produktif. Malu sama umur.. *Trus malah curcol aja, gak ada yang dibahas*
Bahas pantai yukkkkk!!
Anda ngga ‘yuk’ juga saya akan tetap bahas.. Iyain aja yahhhh..
Desember kemarin, saya and the gank #DDCPK mengadakan trip ke Yogyakarta. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Pantai Wediombo di daerah Gunung Kidul, DIY. Tempat ini sudah mencuri perhatian saya sejak seorang teman pernah merekomendasikannya. Dari tercurinya perhatian tersebut, saya mulai mencari informasi lebih lanjut demi menjaga kedekatan hubungan kami.
“Lokasi Pantai Wediombo terletak di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta – Koordinat GPS: 8°11’4″S 110°42’28″E” – from google.
Jalanan untuk mencapai tempat ini sudah lumayan bagus, tidak se-off road waktu mau ke Pantai Pok Tunggal (yasalam jadi keingetan, ke Pok Tunggal setahun lalu aja belum dibahas. Hahaaa.. Ra uwis-uwis). Sesampainya di parkiran, kami harus melewati puluhan anak tangga yang menurun untuk sampai ke pinggir pantainya. Tangganya sudah bagus, rapi, dan di sebelah tangga ada jalur khusus untuk dilewati sepeda motor. Tersedia jasa ojek jika anda enggan otot betis anda mengencang.

Jalan masuknya…
Seperti kebayakan pantai di kawasan Gunung Kidul, pantai Wediombo juga berpasir putih. Tidak halus seperti tepung sih, masih agak kasar karena ada campuran karang, tapi tetap cantik koq.. PAS berpadanan dengan lautnya yang masih biru jernih.

Kece, yakan yakan??
Di batas bibir pantainya banyak terdapat sampah alami dari akar pohon dan ranting. Sedikit menimbulkan kesan kotor tapi masih bisa diterima, mungkin juga karena sudah memasuki musim penghujan. Yang membuat tidak betah adalah sampah-sampah plastik bekas makanan yang berserakan di pinggiran!! Plis deeehh, mana yang katanya berpendidikan, yang katanya beradab, yang katanya cinta lingkungan, yang katanya sayang aku?? *inhale, exhale, inhale, exhale*. Kelihatan loh karakter anda dari hal kecil seperti itu. Zumpah!

Apa anda berpendapat segini bersih? Ndasmu! Ke sebelah kirinya lebih messy lagi..
Yang menjadi icon dari pantai ini adalah batu-batu karangnya dan adanya kolam-kolam alami yang terbentuk di sela karang-karangnya. Apa sih istilahnya? Bathtub alami ya kalau gak salah?? Atau laguna?? Bisa dipakai berendam-berendam gitu. Lucu deh..
Keuntungan dari terdapatnya karang-karang tersebut adalah pengunjung dapat memancing ikan yang terjebak diantara karang. Katanya kegiatan itu yang sekarang lagi heitz disana.
Selain memancing dan bermain air di pinggir pantai, ombaknya yang lumayan besar juga bisa digunakan untuk surfing. Konon begitu katanya.. Kenapa konon? Karena saya tidak melihat satupun orang yang sedang surfing saat itu, pun penyewaan papan surfing juga tidak nampak. Apa hanya saya ya yang tidak melihatnya?? Hih!
Pantai ini menghadap ke barat, sehingga cocok buat anda yang ingin hunting sunset / matahari terbenam. Kalau anda tanya barat sebelah mana, hahaha lawannya timur deh! Nanya arah ke saya bisa dikategorikan sebagai suatu pekerjaan yang sia-sia, soalnya saya sendiri suka disorientasi lokasi.
Sejujurnya menurut saya, pantainya sendiri tidak terlalu luas karena saya masih dapat melihat batas terluar sisi kiri dan kanannya, dimana pada batas-batas tersebut terdapat semacam hutan mini yang bisa digunakan untuk tracking atau hiking. Masih menurut saya, pantai ini lebih tepat jika disebut teluk. Teluk ya, bukan peluk! Suka ada yang baper sih baca kata-kata gini doank, padahal cuma mirip. Etapi itu opini pribadi aja sih, CMIIW..
Fasilitas yang tersedia sudah cukup lengkap, seperti adanya lahan parkir, musholla, kamar mandi, WC, juga ada penyewaan tenda jika anda memutuskan ingin bermalam di sini.
Sekian yaaaa bahasannya… Kalau ke Gunung Kidul mampir-mampirlah kemari. Gak nyesel dehhh!
Note:
– Pastikan wajah dan tubuh anda terlumuri sunblock sebanyak-banyaknya karena panasnya naujubilah, terik banget! Apa saya yang salah timing ya?
– Nomor Simpati saya sinyalnya terjun bebas di sini, gak dapat sinyal. Entah ya kalau provider lain. Jadinya gitu deh, Yogyakarta rasa Zimbabwe selama disana!
– Harga tiket masuknya Rp. 5.000,- per orang. Gak bikin pembuluh dompet tersumbat, yakan?? Aman vroh..
– The last: plis pliss plissss, jangan nyampah seenak jidat! Apa susahnya sih sampahnya dibawa dulu, trus sewaktu nemu tong sampah baru dibuang?? (Trus ada yang tanya, emang jidat enak?! Yakaleeeeee…)

Tumpukan botol plastik deket parkiran. Gerah liatnyaaa..
*CHEERSSSSS*
Horeeee ada postingan baru!!!! Aku terharu bacanya sampai pengen nangis!! Huuuhuuuhuuuu
LikeLike
Mau nangis ya nangis aja, gak usah bilang-bilang.. Nangis krn kena tampar ya kak? Hahaaa..
LikeLike
lautnya emang kece amazing banget
LikeLike
Iya mba winny, manjain mata deh. Hihihiiiiii
LikeLike
klo gerah kipasan aja :p
tp emang ya, jadi kurang kece pantainya gara2 sampah2 itu 😦
LikeLike
Hahaaa.. Neng mau bantu kipasin mungkin?? Iyaaa, mentalnya nih yg harus dibenahi..
LikeLike
keren pantai dan ulasannya..
untung bahas sampahnya belakangan heheheh
salam kenal
LikeLike
Hai, salam kenal jg.. Thanks for your visiting 😊
Heheee iya mba, kalau bahas sampahnya di awal kayak mau kerja bakti jadinya. heuheu..
LikeLike