“Air Terjun Sri Gethuk merupakan salah satu objek wisata alam yang terletak di Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Air terjun ini berada di tepi Sungai Oya.
Air Terjun Sri Gethuk juga disebut sebagai Air Terjun Slempret. Nama Slempret sendiri berasal dari legenda yang ada di Desa Bleberan. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, air tejun ini merupakan pusatnya para jin dengan pimpinan Jin Anggo Menduro.
Air terjun ini bermula dari tiga sumber mata air: Kedungpoh, Ngandong, dan Ngumbul. Ketiga sumber mata air tersebut mengalir menjadi satu dan membentuk butiran-butiran air yang jatuh dari tebing bebatuan karst yang tandus.” ~from: Wikipedia

Ciamik ya foto air terjunnyaaa.. Sebelum anda terlanjur kagum, saya ngaku dulu bahwa ini bukan foto saya. Hahaaa.. Dapet minjem disini
Selain pantai, ternyata daerah Gunungkidul juga menyimpan satu objek wisata air terjun. Sejujurnya, saya bukan termasuk golongan penikmat air terjun. Lahir di Bandung yang notabene dikelilingi pegunungan dan hampir ada curug (air terjun) di setiap gunungnya, membuat saya cukup terbiasa dengan pemandangan sejenis. Paling yang membedakan adalah debit air dan ketinggiannya saja. Maka ketika salah seorang teman mengusulkan ke Air Terjun Sri Gethuk ini, ekspektasi saya juga biasa saja. Mari kita buktikan apakah ekspektasi saya tepat atau tidak..

papan info
Perjalanan dari pusat kota Yogyakarta sekitar 45 -60 menit ke arah Wonosari. Agak memakan waktu karena jalan berliku dan ada part jalanan beraspal berganti menjadi jalanan berbatu. Lulus melewati medan tersebut, tak lama tibalah kami di parkiran Sri Gethuk. Cuaca terik khas pesisir pantai lumayan tertahan dengan rindangnya pepohonan di sini.

Jalan masuk
Dari tempat parkir, kita masih harus berjalan menuruni puluhan anak tangga. Jangan khawatir untuk yang membawa balita atau lansia, karena jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, pun tangga-tangganya sudah disemen dan tidak terlalu curam. Betis aman, vroh!

Kios-kios penyelamat perut
Tiket masuknya (kalau tidak salah) Rp.10.000,- sudah termasuk tiket ‘gethek’ atau perahu rakitan dari rangkaian drum. Kemaslahatan dompet terjaga lah yaaa.. Terus kita hanya perlu berjalan kaki sampai ke pinggir sungai, lalu biarkan gethek yang mengambil alih. Merem sebentar, lalu sampai deh ke air terjunnya. Sebenarnya bisa juga berjalan kaki untuk ke air terjun, hanya memakan waktu jauh lebih lama. Ya kita kan penganut hukum efisiensi ya buk-ibuuu…
Air terjun Sri Gethuk ini mengalir di segala musim, hanya usahakan jangan datang saat di puncak musim penghujan karena selain debit air meningkat, sungainya juga jadi coklat keruh. Di musim kemarau airnya akan lebih jernih dan terlihat hijau tosca, ala Green Canyon Pangandaran.

wujud si gethek.. Sungainya jernih, yakan yakan?? source

Sementara ketika saya datang, airnya kayak gini bentukannya. Yasalam deh..

Pergantian pemain..
Setelah naik gethek sekitar 15 menit di air sungai yang tenang, kami tiba di air terjunnya. Agak kecewa karena rame bangeeetttttt… Sampe pas abis turun dari perahu kita cuma bengong bego di pinggiran tebing. Susah dapat spot untuk mendekat ke air terjunnya jadi kami hanya sekedar basah-basahi telapak kaki di bawah. Dapet sisa-sisa aliran air dari orang-orang di atas. Hikssss.. Moga-moga gak ada yang pipis.

KEREN BANGET kan air terjunnya??? #HALU. Yakali, nyari air terjunnya yang mana aja bingung, saking banyaknya orang..
Air terjunnya sendiri tidak terlalu tinggi dan debit air yang tercurah tidak terlalu deras sehingga banyak pengunjung yang memanfaatkannya untuk pijat punggung. Air yang tercurah dari atas juga sebenarnya jernih, air sungainya yang coklat keruh.

Ini lumayan keliatan nih, tapi bapak satu di tengah itu gengges deh. Akika tungguin tapi dese gak pindah-pindah. Aaaahh!

Duh, si bapak.. Lagi-lagi.. Memang susah sih ya kalau udah nyaman, saya juga ngerti koq pak, saya pernah ngerasain yang sama. #eeehhh..Β
Berhati-hatilah dengan langkah anda karena langkah anda menentukan masa depan anda bebatuan yang dipijak sangat licin. Lebih baik melepas alas kaki, belajar dari pengalaman seorang teman yang terpeleset.

Lumayan menggelitik adrenalin nih lihat yang pada lompat dari pinggir tebingnya

Sekedar berenang-renang di tepian juga seru. Sempat juga lihat ada yang sedang body rafting.
Kendala paling utama adalah tidak tersedia transportasi umum kesini, jadi harus pakai kendaraan pribadi. Karena kemarin kami sewa mobil, jadi saya tinggal duduk cengar cengir aja, ngintil kemana-mana. Hihiiii..
Kesimpulan saya, air terjunnya sih biasa saja. Yang unik justru sensasi mengarungi sungai pakai getheknya. Yakin sih kalau airnya sedang hijau tosca dan jernih akan berasa puas banget kesana.. Jadi saran saya, pandai-pandailah memilih waktu kedatangan. Hindari musim penghujan dan musim liburan panjang. Juga hindari datang sendiri karena rerata yang datang kesini kalau gak kelompok, ya berdua dengan pasangan. Nanti mangkel sendiri yang ada. Hehehee..
Cheersss!!!

Huwaaahhhhh air terjunnya bagus banget ya???? Hhhhhmmmmppppp #seallips
LikeLike
Hahahaaa.. Speechless! Puas km, hah??
LikeLike
Hahahaha…
Dulu hampir mampir ke sini tapi waktu perjalanan ada temen yang kecelakaan jadi batal deh.
LikeLike
Msh bagus tancak tulis ron.. Dubber medhok menambah nilai jual soalnya. Hahaaa..
LikeLike
Hahaha ya iya dong! Biar suara air terjun tambah kemresek.
Daripada debit airnya sedikit, eh kamu ke air terjun kan??? Hahaha
LikeLike
Ehmm ehmmm, lbh tepatnya ke posisi sisa2 aliran air terjun. Duhhhh… Hina trusss, hinaaaa!
LikeLike
Oalaahh judulnya kurang kata “sisa aliran” ?!!
Ya ya ya. Terima kasih atas penjelasannya.
Nah begini nih gunanya blog, kalo belum paham ya tanya langsung dengan penulisnya.
LikeLike
Hahahahaaaaa.. Hayati nyerah bang, ampun! Semprulllll…
LikeLike
Cantik banget ini air terjunnya
LikeLike
Asik juga nih terjun dari tebing itu.
LikeLike
Mampirin vi klo ke yogyaaaa..
LikeLike
Seru memang, saya jg sempat kepancing. Kalau airnya lagi jernih, bisa jd yg difoto lg lompat itu saya. Hihihiii..
LikeLike